Nasrawaty Djufri, B.Sc (Calon Anggota DPRD Sultra)
Kendari-Informasi
Pengabdian Nasrawaty Djufri B.Sc sebagai anggota DPRD Sultra belum genap lima tahun. Lahir dari pilihan masyarakat di Dapil Konawe-Konawe Utara, ia telah banyak membayar kepercayaan para konstituennya dengan memperjuangkan aspirasi rakyat di wilayah itu. Tapi, lima tahun tidaklah cukup bagi perempuan berjilbab ini untuk menyelesaikan semua harapan para pemilihnya. Itulah kemudian yang mendasarinya untuk kembali maju bersaing sebagai calon anggota DPRD Sultra periode 2014-2019.
Ia sebenarnya hanya punya satu alasan sederhana jika ditanya kenapa masih ingin tampil di panggung politik yakni ingin membantu rakyat. Dengan menjadi anggota legislative, dia yakin sepenuhnya bahwa apa yang diinginkan masyarakat, bisa dia perjuangkan. Nasrawaty cukup mafhum bahwa jika ingin membantu masyarakat, ruangnya bukan saja di DPRD. Ada banyak tempat untuk mengabdikan diri. Tapi hanya DPRD yang punya fungsi pengawasan, legislasi dan salah satunya fungsi penganggaran.
Dengan tiga fungsi tersebut, melalui fungsi penganggaranlah dewan bisa memperjuangkan apa yang dibutuhkan masyarakat di suatu wilayah. "Dengan kita duduk di DPRD, kita bisa berbuat banyak untuk orang lain. Membantu masyarakat memberi kebahagiaan tersendiri. Dan ternyata masyarakat senang kita bantu. Dengan di DPRD suara kita bisa terakomodir," katanya, pekan lalu.
Bukannya mau merendah, apalagi mau menutup-nutupi, tapi selama empat tahun duduk sebagai wakil rakyat dari Dapil Konawe-Konut, tak ada kemewahan berlebih yang didapatkan Nasrawaty. Secara status bisa jadi dia di kelas atas, namun dari sisi fasilitas dan gaya hidup, tidak ada yang berlebihan darinya. Menurutnya, apa yang dia dapat, kembalinya untuk masyarakat juga, terutama di Dapil yang telah mengantarkannya menjadi wakil rakyat.
Sebab, setelah menjadi anggota dewan, tidak sedikit undangan yang datang. Dan baginya, semua undangan itu wajib untuk dia hadiri, kecuali jika sakit atau ada urusan lain yang berhubungan dengan tugasnya sebagai legislator. "Apa yang kita dapat, kembalinya juga masyarakat. Yang datang minta tolong. Belum lagi kalau ada undangan. Saya berprinsip, selama saya masih bisa dan tidak bersamaan dengan tugas saya, maka itu harus saya hadiri. Saya disini tinggal di rumah dinas, saya nda punya rumah apalagi mau bangun rumah. Jadi kalau mau dibilang hidup mewah, apanya?" ujarnya.
Perempuan berjilbab yang pernah mengecap empuknya kursi di Bank Indonesia Solo itu, mengatakan, secara ekonomi penambahan penghasilan ada. Namun, jumlah yang dia keluarkan untuk konstituennya juga tak sedikit. Nyaris berbanding lurus. Tapi semua itu dia nikmati. Toh dia sudah bangga, bahkan senang bisa membantu rakyat, terutama membantu memperjuangkan apa yang dibutuhkan. Misalnya saja, peraih 6180 suara di Pilcaleg 2004-2009 silam itu, telah menyuarakan perlunya bantuan untuk rumah tidak layak huni di suara Kecamatan Uepai dan Tongauna, pemberian hand tractor 3 unit di Kecmaatan Tongauna, speed di Kecamatan Wawonii, jalan usaha tani di Desa Puumbinisi Kecamatan Pondidaha sepanjang 2 kilo meter, jembatan dan pengaspalan jalan di Kecamatan Lambuya sepanjang 1,2 kilo meter.
"Suara saya terbanyak di daerah mana, disitu bantuan saya dahulukan untuk diberikan. Seperti di Kecamatan Tongauna lebih seribu suara saya disitu. Sehingga untuk kembali maju, sosialisasi saya relatif kembali ke basis. Saya tidak perlu perkenalkan diri karena sudah dikenal. Tinggal minta dukungan kembali saja dari masyarakat, utamanya Asaki raya meliputi Lambuya, Puriala, Onembute dan Uepai. Keluarga mengevaluasi kembali saya, karena kemarin saya berpencar ke semua daerah. Sekarang sarannya, saya kembali ke sana karena asal saya dari sana. Tapi saya tetap menjaga komunikasi dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, sehingga mereka berfikir saya masih layak untuk dipilih kembali," tandasnya.
No comments:
Post a Comment